Sensai naik Truk Bak Terbuka #MendakiMaras #Part01




Karena travel naik kendaraan tertutup sudah terlalu mainstream. Bukan itu sih permasalahannya. Siapa sih yang nggak mau enak, duduk di sofa empuk, ditiup ac sepanjang perjalanan, nggak kehujanan ataupun kepanasan. Tapi karena keterbatasan, kita terkadang harus keluar dari zona-zona nyaman itu. Begitu juga trip kali ini, lokasi yang akan dituju lumayan jauh sekitar 102 km dari Pangkalpinang dan transportasi yang digunakan adalah truk.

Di kota besar seperti Pangkalpinang, jalan-jalan menggunakan truk itu mereka bilang seperti "orang kampung" meskipun isinya orang-orang luar kota (bisa dibilang kampung juga sih.hehe karena kita campuran). Iyalah, teriak-teriak nggak jelas dari dalam bak mobil, liatin orang yang jalan dibelakang truk kayak liat ayam KFC lagi fresh from the oven.


Tapi naik truk bagi saya punya sensasi tersendiri apalagi kalo rame-rame. Kita bisa bercerita bersama dengan fokus, atau bercanda kelewatan sampai teriak-teriak, lihat pemandangan sepanjang jalan dengan sudut pandang yang lebih luas, selain itu juga mengurangi kemacetan, mungkin.

Kebayang kan, gimana kamu akhir-akhir ini yang kebanyakan nongkrong di kafe-kafe kalo lagi cerita ke temen, temennya kebanyakan mantengin smartphone canggih dengan berbagai sosial media yang digunakannya, atau mungkin ketika diperjalanan menggunakan mobil pribadi kamu bercanda sampe teriak-teriak bikin pusing temen sebelah mu yang mulai mabuk perjalanan, yang ada malah digampar sama temen sebelah mu, atau juga pengen liat pemandangan sekeliling perjalanan tapi ditutupin berbagai ekspresi wajah temen-temenmu yang mulai kelelahan.

Maras dari kejauhan
Kurang lebih dua jam perjalanan menuju desa Rambang kecamatan Riausilip nggak terasa melelahkan karena diisi dengan canda tawa yang bisa membuat lebih awet muda. Pak sopir, karena dia laki-laki sebut saja Bintang memacu kendaraan setengah besi separuh kayu dengan kecepatan yang saya perkirakan sekitar 80km/jam. Karena beliau sadar, yang dibawa didalam bak berdinding kayu di truknya itu manusia, bukan karungan beras.

Baca kelanjutannya di #MendakiMaras #Part02

2 komentar:

 
//