Sudut Sudut "Sepi"



Apa yang kamu lihat dari gambar ini kawan ? lapangan yang penuh dengan semak belukar, sebuah taman atau hanya lahan kosong. Boleh ku katakan ini taman saja.

Dulu, taman ini dibangun sejak pemerintahan sebelum saat ini. Dibangun dengan tempo waktu yang tidak cukup untuk membuat rumput menjadi tumbuh hijau, pohon menjadi lebih rindang, malam menjadi terang dan siang yang tidak gersang. Pembangunannya selesai setelah habis masa pemerintahan pada masa itu. Kemudian ditinggalkan.

Namun sekarang, taman ini terbengkalai, tak terawat, tidak jelas apa fungsinya. Ketika malam, suasana begitu mencekam. Tetapi tidak untuk mereka yang meneguk minuman berlabel bintang. Tanpa penerangan, orang - orang berbaju hitam bebas sesuka hati berbuat.

Kawan, aku bukanlah seorang pakar politik yang paham akan kepentingan - kepentingan suatu kelompok ketika kandidatnya dipercaya menjadi pemimpin suatu negeri, bukan pula seorang yang paham betul alur birokrasi pemerintahan. Tapi jika dipandang dengan bijaksana, bukankah pembangunan yang baik harus terus dilanjutkan oleh siapapun yang berada di garis depan, tak peduli apapun warna latar belakangnya. Bukan berarti pemimpin baru harus memulai pembangunan baru dan mengabaikan bahkan meninggalkan pembangunan lama yang tak usai oleh pemimpin terdahulunya.

Berkacalah, Jakarta harus rela menggusur pemukiman warga demi menciptakan lapangan terbuka hijau. Lalu bagaimana disini, negeri yang kaya akan hasil bumi ?

Dulu, namanya Taman Mandara. Huruf stainless berwarna chrome dipasang untuk memperkenalkan nama tempat ini. Namun entah siapa yang berbuat, nama tersebut sekarang hilang. Jika diibaratkan seorang anak manusia, taman ini sudah mati sebelum dapat berjalan walau tertatih seperti anak - anak lainnya.

Kawan, untuk merawat sesuatu yang baik bukan melulu harus melalui tangan pemerintah. Setiap kita dilahirkan untuk menciptakan bahkan menjaga hal - hal baik yang ada di muka bumi. Bukankah seperti itu seharusnya, jika tidak mampu, seminimal mungkin agar tidak berbuat buruk terhadap apapun.

Tulisan ini bukan isu SARA menjelang pilkada yang berujung penistaan agama. Bukan pula Black campaign yang mengkotak kotakkan satu suku dengan suku yang lainnya yang menyebabkan terjadinya perpecahan.

Berkacalah, masih banyak yang harus kita benahi dalam sudut - sudut "sepi".

4 komentar:

  1. sayang yah, belum sempat di bangu hingga selesai tamannya. mudah2an secepetnya selesai

    BalasHapus
  2. Banyak-banyak bersyukur dan jangan bergantung ya mas :)

    BalasHapus
  3. setuju ngapain juga black campaign ya kak

    BalasHapus
  4. mudah mudahan entar dibangun dijaman gubernur yang baru , hihihi

    BalasHapus

 
//