Menikmati Jamuan Kuliner dari Pejam


Hijaunya Kelapa Muda
Setelah mengetahui proses pembuatan Sumpet, sebuah kerajinan khas Orang Lom kami disuguhi segarnya kelapa muda yang diambil langsung dari pohonnya. Bang Herman tak tanggung-tanggung memetik kelapa yang terlihat sangat hijau segar tersebut. Rumah yang terletak di pinggir pantai ini milik suami bu Le. Di sekitarnya tertanam banyak pohon kelapa yang aku sendiri lupa untuk menghitungnya.

Dengan galah (read : kayu) panjang, Bang Herman mulai menjatuhkan satu persatu buah kelapa yang hijau muda. Satu persatu kelapa mulai dikupas, saya yang belum terbiasa mengupas kelapa harus rela menunggu giliran lebih lama untuk menikmati segarnya air kelapa muda ini. Ya, sebagai junior saya hanya bisa menikmati kelapa yang sudah dikupas dan berbagi dengan sepupu saya. Tak apalah, yang penting rasanya tak berubah. (bercanda :D)
Habis sudah tujuh buah kelapa muda, agenda berlanjut menuju pondok kebun Mang Toha untuk memenuhi undangan beliau setelah beberapa hari yang lalu berhasil panen beras merah. Dengan menggunakan truk, kami melewati pesisir pantai yang membuat isi dalam perut sedikit tergoncang.

Selama lebih kurang setengah jam berada di dalam dinding kayu sebuah bak truk, jalanan yang berdebu dan setengah jadi membuat rambut hitam menjadi sedikit agak memerah. Tibanya di kebun, keluarga dan kerabat Pak Toha sudah ramai berkumpul.

Kebersamaan masyarakat disini begitu kuat. Beras merah dimasak secara bergotong royong. Perempuan-perempuan setengah baya pun ikut campur tangan dengan menyiapkan sedikit perlengkapan makan.

Beras merah yang sudah dimasak
Beras selesai dimasak, lauk pauk mulai tertata diatas meja kayu di depan pondok, satu persatu mulai mengambil nasi yang ditampung dalam wadah berwarna merah. Aku mulai makan dengan lempah kuning ayam pucuk kedondong yang jadi menu favorit siang itu, sedikit ikan goreng membuat setiap gigitannya terdengar crispy. Nasi yang dimasak menggunakan kayu bakar pun membuat saya berulang kali untuk kembali lagi (mengambil nasi).

Lempah kuningnya pun begitu pas dilidah, rasa asam dan pedasnya membuatku menghabiskan semangkuk lempah kuning ayam ini untuk seorang diri.

yang baju kuning namanya Mang Toha, ada yang mau kenalan..:p
Ada pantang larang yang berhubungan dengan beras merah ini. Beras merah tidak dijual untuk umum, tapi masyarakat pejam bisa menggunakannya untuk barter. Barter sendiri merupakan kegiatan tukar menukar barang atau jasa tanpa perantara uang (wikipedia). Seperti misalnya beras merah ditukar dengan gula ataupun kopi dan sebagainya.

6 komentar:

  1. mau dong dikenalin sama Pak Toha, asal ntar pas kesana dimasakin yang enak2 gini *dikeplak* :p

    BalasHapus
  2. uuh, mantep banget tuh kelapa mudanya bang, apalagi di tengah cuaca bangka yang panas, pasti seger banget dah,

    BalasHapus

 
//