Nasehat untuk Para Penghujat Hujan



Hujan turun dengan derasnya, ketika aku berteduh dibawah pondok  beratapkan daun rumbia yang sudah tua. Kulihat wajah-wajah panik berlarian mencari tempat yang dapat melindungi.  Air naik ke salah satu sisi jalan karena saluran air tak mampu menanggung kapasitas air yang begitu laju.

Di sebelah kiri beberapa langkah dari ku, terlihat sepasang kekasih sedang menanti hujan mereda. Aku menerka mereka ingin menghabiskan akhir pekan bersama. Tak sabar menanti hujan yang tak kunjung reda, laki-laki menuangkan sedikit emosinya dalam bentuk hujatan terhadap hujan yang turun tiba-tiba.

Kemudian langkah kaki mendekat, sembari berkata “Bolehkah aku mendekat, berdiri di sisi kiri perempuanmu. Barangkali kita bisa bercerita hangat sambil menunggu hujan ini berlalu, tapi maaf aku tidak menyediakan kopi sekedar untuk menghangatkan badan”.

Semakin deras hujan membasahi bumi, aku mulai mendongeng beradu dengan ramainya bunyi hujan yang membuat suaraku sedikit tenggelam. Negeri kita sebuah negeri beriklim tropis yang terletak di lintas garis katulistiwa memiliki dua musim yang kita tahu, ketika hujan itu banjir, panas itu kebakaran dimana-mana. Itu lebih baik dari daratan Afrika yang harus berjalan berkilo-kilo untuk bisa mendapatkan air bersih. Negeri serumpun sebalai kita cukup mampu menampung persediaan air dikala panas panjang melanda.


Kemudian tanyaku terlempar, “apa yang salah dengan hujan?”

Bukankah hujan itu bermanfaat, terdiri dari butir-butir air yang menjadi sumber kehidupan bagi semua mahluk. Tak takutkah kita dengan balasan hukum alam yang telah ditentukan seperti dikatakan Allah dalam Surah Al Mu’minun : 18 “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.”

Kita tahu, hidup kita bergantungan pada air. Makan, minum, mencuci bahkan untuk kesehatan pun air begitu berguna. Mencuci tangan secara teratur adalah salah satu cara untuk menghilangkan kuman, menghindari sakit, dan mencegah penyebaran kuman ke orang lain. Bahkan telah cukup banyak terapi-terapi yang melibatkan air sebagai media penyembuhan beberapa masalah kesehatan. Tak cukup hanya internal tubuh, air juga bermanfaat untuk penampilan tubuh dengan memberikan kesan cantik pada wajah dan kulit luar. Bagaimana caranya? Konsumsi air secara rutin.

Jika saja binatang dapat berbicara layaknya manusia, mungkin syukur lebih banyak terucap dengan bahasa yang mudah dipahami. Jauh lebih baik dibandingkan menghujat sesuatu yang memiliki banyak manfaat. Sebagai mahluk hidup, hewan juga membutuhkan air untuk keberlangsungan hidup yang juga penting untuk metabolisme tubuh hewan.

Tak hanya mahluk hidup, bumi pun memerlukan air. Apa yang terjadi ketika bumi kehabisan cadangan air? Kekeringan terjadi di seluruh penjuru bumi. Terjadilah kemusnahan massal yang memusnahkan seluruh kehidupan di muka bumi.

Kenapa tidak mencoba mensyukuri hujan, hujan yang menghadirkan air dengan sejuta manfaat bagi kehidupan. Bukankah kecil dulu kita sangat menyukai hujan? Berkejaran dengan bola ditengah hujan yang mengguyur lebat tanpa khawatir terasa. Terbesit tawa ketika perahu-perahu kertas yang kau buat melaju deras ditengah hujan dan menjadi jawara diantara perahu kertas lainnya. Mari kembali ke masa kecil ketika masih bisa menghargai segala sesuatu yang diberikan alam.

Tulisan ini dalam rangka Posting Bareng Travel Blogger Indonesia dengan Tema World Water Day.
Baca juga tulisan mereka :

16 komentar:

  1. Duh, mengharukan sekali Arie...
    Hujan memang seharusnya disyukuri, aku pun selalu menyukai hujan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, aku juga mensyukuri dan menikmati hujan, apalagi kalo hujan-hujanan itu paling suka.hehe

      Hapus
  2. Bagus....Terkadang memang serba salah, hujan ga hujan tetep aja ada orang2 yang mengeluh. Hehehe...Terkadang hujan bikin suasana jadi teduh... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup bener, hujan ga hujan tetep aja ada yang ngeluh, semoga bermanfaat ya :)
      makasih udah mampir ;)

      Hapus
  3. Buat saya hujan itu romantis. Orangtua saya bertemu dan berkenalan pertama kali saat sama-sama berteduh dari hujan. Dan ga ada yang bisa ngalahin sensasi jalan pake payung di tengah hjan, sambil ngobrol dengan diri sendiri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Romantis sekali, jadi ngebayangin kalo aku juga kayak gitu ya... :D

      Hapus
  4. It's amazing..

    Fikirkan, di daerah terpencil yg kesulitan mendapatkan air bersih, harus menempuh berkilo2 meter untuk mendapatkan air,, bahkan orang yg tinggal dipertengahan kota harus mengeleuarkan uang untuk membeli air... patutlah bersyukur dikala hujan tuun. Karna itu adAlah sebuah berkah.. jika ada yg bilang bajir gegara hujan ..itu salah!! Karna yg membuat itu terjadi adalah manusianya sendiri... terimakasih artikel anda amazing...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada guruuuu... *kemudian lari masuk kelas*
      Baik, terimakasih guru.. :) *sungkem*

      Hapus
  5. Manusia itu memang repot kok, panas mengeluh, hujan mengeluh :)

    BalasHapus
  6. makasih og, sukses sama-sama la :)

    BalasHapus
  7. sekarang udah mulai musim hujan, besok mengeluh kapan panas :D

    BalasHapus
  8. Hujan itu terlalu romantis. Hujan selalu tahu cara membuat manusia jadi melankolis.

    BalasHapus

 
//