Pelajaran dari Perjalanan Pagi



Hidup ini sebenarnya perjalanan panjang, yang setiap harinya disaksikan matahari. Semuak dan sejijik apapun kau dengan hari - hari itu, matahari akan selalu terbit memenuhi janjinya ~ Tere Liye - Pulang.

Warna kuning keemasan mulai menyala di ujung cakrawala. Sengaja ku tarik gas sepeda motorku agar lebih kencang, tak mau ketinggalan moment itu, moment yang sudah biasa dinikmati orang- orang yang rajin bangun pagi.

Jika ku ulang kenangan hari - hari ku 22 tahun silam. Tidak banyak matahari pagi yang benar - benar ku nikmati sebelum ia menjelang tinggi. Hari - hari selalu ku mulai dengan hal yang tak berarti, membuka lembar - lembar aktivitas dengan kemalasan.

Di pinggir jalan, orang - orang mulai sibuk mempersiapkan lapak - lapak dagangannya. Ikan segar yang didatangkan nelayan dari laut disusun berjajar di atas meja kayu. Sayur - sayur hijau dipamerkan. Satu persatu ibu rumah tangga mulai berdatangan. Padahal hari masih cukup gelap untuk dikatakan pagi.

Jalanku tak berhenti untuk memperhatikan kesibukan pasar itu. Ku belokkan sepeda motorku ke arah perkampungan nelayan. Tepatnya Desa Batu Belubang Kabupaten Bangka Tengah. Ku pelankan laju sepeda motorku. ku lihat pintu - pintu rumah mulai dibuka. Anak - anak duduk di teras rumah dengan wajah lesu sehabis tidur. Anak perempuan sibuk membantu urusan ibu di rumah, menyapu, mencuci piring. Ayam keluar dari kandangnya, mulai berkais mencari makan untuk mengisi perut pagi itu. Aku melamun, tertunduk malu. Selama ini aku bangun tak lebih pagi dari seekor ayam. Terlena dengan kemanjaan yang semuanya selalu telah disediakan.

embun pagi
Kemudian aku berhenti di pinggir pantai, berdiri diatas rumput yang basah karena embun pagi. Warna kuning yang kulihat tadi semakin terang, bulatnya semakin sempurna. Para nelayan yang hidup berharap dari hasil laut terlihat mulai menebar jala di tengah lautan. Ombak masih cukup tenang pada pagi hari itu. Aku membuka caps lensa kamera dan mulai membidik moment - moment ketika matahari pagi menyapa. Ku arahkan lensa ke tengah lautan, memotret seorang bapak - bapak yang sedang sibuk. Dia tak peduli. Dia tetap menebar jala, berharap ada ikan yang bisa dibawa pulang untuk makan hari itu.

Pantai Sampur

10 komentar:

  1. Ah Mas, puitis juga kau ini. Asyik lantunan kata-katanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena sering mampir ke papanpelangi.co mas.hehehe :)

      Hapus
  2. Pagi selalu menampakkan keindahan kepada setiap pencarinya... saya percaya itu..

    BalasHapus
  3. Puitis banget,Hahaha,,, Aku keinget ngejar sanres nyepeda ke Pantai Samas kak, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekalian olahraga kalo pagi-pagi pake sepeda, hehe

      Hapus
  4. aduh, sunrisenya cantik nian. bikin kepingin berkunjung ke sana..

    BalasHapus
  5. Menatap matahari di cakrawala memang paling syahdu, apalagi melihat mereka yang telah sigap mengayunkan langkah memulai hari dengan semangat

    BalasHapus

 
//