Menantang Adrenaline dengan Tubing River Batu Mentas


Hujan malam itu membuat langit pagi ini lebih bersih dan lebih biru. Semangat pun ikut terbakar diiringi terbakarnya kulit karena sinar matahari yang tak dapat ku tahan walau sebentar. Asin sudah melekat di tubuh setelah seharian sebelumnya bergumul dengan birunya lautan Belitong. Tiba waktunya membasuh tubuh menetralisir sisa kandungan garam yang masih melekat. Wisata Alam Batu Mentas pun menjadi pilihan.

Tak terlalu jauh dari pinggiran kota, wisata ini berjarak sekitar satu jam perjalanan menggunakan sepeda motor menuju kecamatan Badau Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, lebih kurang tiga puluh kilometer dari pusat kota Tanjung Pandan.

Tak hanya wisata alam, Batu Mentas juga dijadikan sebagai pusat konservasi “Tarsius Bancanus Saltator” yaitu salah satu jenis dari primata langka yang hidup di Indonesia, tepatnya di Sulawesi (Manado) dan pulau Belitung.

Berjalanlah ke arah bawah sampai menemukan sungai dengan air yang begitu jernih dan berarus cukup deras. Lama memperhatikan arus sungai ini membuat salah seorang pengelola tempat wisata ini (sebut saja dadang) menawarkan saya untuk mengarungi aliran sungai ini dengan sebuah ban dalam mobil, mungkin lebih dikenal dengan Tubing River.

"Mau nyobain tubing river mas?" Dadang menyapa sekaligus membuka perkenalan. Kemudian saya membalas dengan sebuah kalimat pertanyaan singkat. "Apa tu mas?". Dadang pun tak banyak bicara dan segera menjelaskan tentang Tubing River lewat gambar-gambar yang terpajang di sebuah resto mini tak jauh dari aliran sungai. Terdapat beberapa rute Tubing River disini, green adalah jalur yang biasa digunakan anak-anak kecil dengan tempo waktu tiga puluh menit, red tingkat kesulitan pun jauh lebih rumit dengan tempo waktu sembilan puluh menit, dan black dengan tempo waktu dua setengah jam atau seratus lima puluh menit. Kami mengambil rute red dengan membayar lima puluh ribu rupiah per orang. 

Setelah berdiskusi dengan beberapa teman sejalan, kami setuju tubing river menjadi pilihan untuk mengisi waktu pagi itu. Ban mulai dibawa sambil trekking lebih kurang setengah jam melewati hutan konservasi wilayah badau.

Sampai di start point, dua teman saya yang sedari tadi ribut selama trekking langsung turun tanpa basa-basi. Start ini arus cukup tenang, instruktur (kang Dadang) menjelaskan singkat cara agar tetap seimbang diatas ban dan tidak terbalik. Saya yang sedari tadi aman-aman saja tiba-tiba terbalik setelah melewati beberapa batu-batuan yang menjadi tantangan dalam tubing river kali ini.
wajah-wajah panik menantang adrenaline, dan saya menjadi bahan percobaan
Lima belas menit berlalu, Kang Dadang berhenti, bertahan pada sebuah batu. Dia menantang untuk terjun dari ketinggian lebih kurang dua meter dengan arus air yang begitu deras dan kedalaman yang tidak dapat disentuh dengan ujung kaki. "Ini bukan sembarang nyemplung, usahakan jatuh tepat diatas ban!" Kang Dadang menginstruksikan seperti itu. Satu kali mencoba, saya gagal. Adrenaline terpompa naik dan kembali mengulang karena tidak merasa puas dengan kegagalan yang pertama. Begitu pun teman-teman lainnya yang semula takut, jadi seperti ketagihan. Memang sudah seharusnya ketakutan itu dilawan agar tahu sebatas mana kita mampu menaklukkannya.



Lama sudah waktu dihabiskan untuk terjun-terjun mencari keberhasilan. Sungai kembali diarungi dengan ban tanpa pelampung dan helm. Sesekali ban terbalik dan kepalaku terbentur batu cukup keras hingga memunculkan benjolan yang cukup besar. Sempat menyesal ketika sudah terjadi, kenapa sejak awal tak menggunakan pengaman seperti helm. Seperti itulah, penyesalan tak pernah datang di awal.

Jadi, untuk pecinta adrenaline atau olahraga extreme, boleh mencoba yang satu ini. Pasti seru. Cuma utamakan Safety First. Jika tak pandai berenang, gunakanlah pelampung yang disediakan. Helm juga perlu sebagai pelindung kepala.



9 komentar:

  1. loh? aku baru tau kalo di Tj Pandan ada tubing river :((
    aaakkk tahun lalu ke Belitung ga tauu kalo ada ini :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang agak kurang petunjuk jalan ke sini mbak, dibrosur-brosur pariwisata pun nggak dicantumkan, aku juga taunya dari warga lokal, tapi seru disini, apalagi kalo pas musim hujan, arusnya lebih kenceng.. :) kapan-kapan boleh la kebelitung lagi.. :)

      Hapus
    2. Ciyeee mei dipanggil mba2 hihi.. Ah aku belum pernah sama sekali ke Belitung, belum mupon dari jawa sekitarnya :)

      Hapus
    3. mupon dong kak, aku juga sih, susah mupon dari bangka dan sekitarnya.hihihi

      Hapus
  2. Wuihh lucu juga nih, kek di Gua Pindul Gunungkidul. Lalu bagaimana safety procedure di sana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo dicobain, kalau untuk safety sudah disiapkan pelampung dan helm, tapi emang saya yang ngeyel, nggak mau ikutin safety yang udah ditentukan :D

      Hapus
  3. ngeri juga banyak batunya, safety gear mesti dipake dengan benar biar keamanan dan keselamatan tetap terjaga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener bang, harus tuh, gak cuma kerja yang perlu safety first ya.hehe

      Hapus
  4. Salam ! Bos boleh nanyak gak ? Boleh, silahkan ! Oke saya mw nanyak klo pusat tempat jualan alat2 outdoor dmna ya ? Trims !!

    BalasHapus

 
//