Mengenal lebih dekat Upacara Nujuh Jerami




Nujuh Jerami, sebuah ritual sebagai wujud syukur atas keberhasilan panen padi yang telah ditanam setahun sebelumnya oleh masyarakat suku Lum. Upacara yang diadakan setiap tiga belas hari bulan yang bertepatan dengan bulan purnama ini selalu ramai dihadiri oleh masyarakat Lum, baik yang berada dihutan maupun yang tinggal di perkampungan wilayah Air Abik, Bukit Tulang, Dusun Pejam dan Gunung Muda disekitar kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka. Upacara Nujuh Jerami ini diibaratkan sebagai hari raya besar masyarakat suku Lum.

Dalam pelaksanaannya, upacara nujuh jerami sangat unik, seluruh lapisan masyarakat yang berada di daerah tersebut ikut merayakannya dengan datang berbondong-bondong ke lapangan terbuka untuk menyaksikan rumah adat yang dibuat sebelum hari perayaan. Rumah adat tersebut kemudian diisi dengan peralatan berladang, seperti sabit, parang, kapak, pisau, cangkul dan lain-lainnya. Terdapat juga alat-alat penumbuk padi seperti lesung (wadah kayu yang mempunyai lubang untuk menampung padi yang akan ditumbuk), alu (tongkat besar untuk menumbuk padi), batok kelapa yang digunakan untuk wadah air, julang (alat yang terbuat dari rotan yang digunakan untuk menaruh padi), suyak (wadah terbuat dari rotan yang digunakan untuk menaruh padi). Selain itu, di dalam rumah adat juga dibuatkan  tungku perapian kecil, dan tersedia peralatan-peralatan masak tradisional.


Upacara nujuh jerami seperti layaknya hari raya Idul Fitri yang dilaksanakan umat muslim. Nujuh jerami dirayakan seluruh masyarakat yang berada di sekitar kampung. Toleransi dan semangat kebersamaan terlihat ketika seluruh warga ikut memeriahkan hari besar nujuh jerami dengan membuat beragam kue, minuman, memasak lauk pauk, memasak beras merah dan dihidangkan kepada tamu yang datang bertamu ke rumah masyarakat di daerah tersebut. 

Sambutan warga yang begitu ramah membuat hari besar nujuh jerami ini juga ramai dihadiri orang dari luar daerah. Mereka dipersilahkan mencicipi hidangan yang sudah disediakan masyarakat bagi tamu yang datang. Upacara puncak nujuh jerami diiringi seni dambus asli bangka belitung dan tari campak melayu dari daerah pejam. Tidak ketinggalan pertunjukkan silat kampung dengan menggunakan tembung sejenis tongkat kayu dan pedang kayu. Terdapat pula Gong yang terbuat dari kuningan dan berusia sudah ratusan tahun. 

Pada tahun ini, Upacara Nujuh Jerami dilaksanakan tanggal lima mei dua ribu lima belas masehi yang bertepatan dengan penanggalan cina yaitu tiga belas hari bulan.

All pictures taken by : Teungku Sayyid Deqy
Referensi : Korpus Mapur dalam Islamisasi Bangka

12 komentar:

  1. Baru tahu loh kalau di bangka ini ada ucapara untuk syukuran sehabis panen gitu, keren banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih banyak juga upacara-upacara adat lainnya, simak terus ya di bangkanese.com :)

      Hapus
  2. Keren Arie! Ketika kearifan lokal bertaut reliji. Semuanya saling mengisi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kak ef, kebanyakan adat budaya bangka belitung emang seperti itu kak. Ayo ke Bangka :D

      Hapus
  3. Baru tau ada beginian. Belum pernah ke Bangka sih. Baru ke Belitung aja hehehe *kode* :D

    BalasHapus
  4. mantap bang, kebudayaan-kebudayaan kayak gini harus mulai di ekspos, biar ngga dicuri sama tetangga. hehe

    BalasHapus
  5. Artikel ini memberikan wawasan terbaru buat saya, wacana pembahasan ini sangat bermanfaat.
    jadi tau nih upacara nujuh jerami

    BalasHapus
  6. itu yang paling atas itu rumah khas asli penduduknya, Arie? bagus yaahh...
    Tapi atapnya masih pakai rumbia, aku pikir jerami juga, hehehe.

    BalasHapus
  7. Itu rumah adat Kak Indri, hanya untuk upacara nujuh jerami, isinya peralatan berladang yang masih tradisional. Lucu ya bentuknya.hehehe

    BalasHapus

 
//